wonder woman

kenapa harus sedih?

kenapa harus marah?

kenapa harus kesal?

kenapa harus mellow ?   

padahal kamu kan “wonder woman”

yang hatinya terbuat dari besi dan baja

yang sudah biasa tangguh dalam semua hal

yang egois memecahkan sendiri semua masalah

yang tidak pernah manja sama persoalan

yang tidak pernah tergantung sama siapa-siapa…   

tapi,..wonder woman kan juga manusia..

yang meski hatinya dari baja, itu tetap bernama hati..

yang bisa capek, meski tubuhnya terbuat dari mesin

yang bisa menangis karena dia punya perasaan

yang bisa kecewa karena dia punya harapan  

dan yang pasti bisa melankolis

karena dia tetap perempuan…..   

(meja sempit, ruangan berisik- BNA, 24 Maret 2008)

parno

Ini tercetus gara-gara beberapa hari yang lalu, seorang sahabat  curhat  padaku (atau tepatnya kita saling bercurhat ria), tentang kekhawatiran alias parno. Bukan Parno yang mas mas jawa itu loh, tapi parno bahasa gaul dari paranoid terhadap sesuatu. Ceritanya sahabatku itu, konon sudah sangat kenyang pengalaman dalam kehidupan percintaannya (baca: in her romantic life). Kini, di usia yang beranjak matang memang ia belum mempunyai  pendamping hidup walau sebenarnya sudah ada calon nun jauh disana. Yah, long distance relationship-lah. Seperti kata Marcel di firasat : bagai sungai yang mendamba samudera, kutahu pasti kemana kan kubermuara, seperti itulah..hubungan itu diharapkan menjadi tambatan terakhir bagi keduanya.   Continue reading

sensi…

Hah ? Lu sensitif? Sensitif darimana? dari Hongkong?. Itulah jawaban seorang teman ketika aku iseng menanyakan; “menurut lo, gue sensitif gak sih?”  Lanjutannya: Gimana bisa dikategorikan sensitif kalo temen-temen lu bisa ngomongin apa pun tentang lu tanpa tedeng aling-aling bahkan kadang kadang cenderung tidak berperasaan.  Tapi jeleknya, nih.. kata dia melanjutkan. Lu tuh kadang terlalu cuek, Vik.. Lu sering kurang peka sama apa yang orang-orang sekitar lu lakukan buat elu.  Bukan dalam arti, lu gak nyadar yah, tapi kalo ada sesuatu yang sebenernya “beda”,  lu sering meng-ignore alias suka ngeyel. Anehnya, sebenernya lu temen yang care kok! (Loh!!!) Ngebingungin gak? (thanks, lyn!!)

Continue reading

untitled…

sayangi aku, seperti apa yang kumau

perhatikan aku, sejauh yang kuperlu

damaikan hatiku, seperti apalah anganku.

tapi jangan mencintaiku, karena tak seharusnya begitu…

(biarkanlah….by sms)

selalu ada rindu (the buitenzorg)

Menyusun kembali memori yang pernah terjadi dan telah menjadi bagian dari hidupku di kota ini. Juni 1994 dengan kakek tercinta untuk pertama kalinya di sini. Hanya berat yang menggelayuti hati ketika harus melepaskan satu bagian dari cinta pertama  yang sempat membuatku memanjatkan doa untuk  kekuatan menjalani hari-hari yang terasa berat. Namun,  jauh di kemudian hari,  kusadari itu hanya sebuah kebodohan karena Bogor dan jiwanya telah memberiku keindahan lain. Baranangsiang, kampus, angkot, hujan, jembatan merah dan cerita-cerita di dalamnya yang akhirnya menumbuhkan cinta lain yang lebih indah.  Continue reading

diskusi mie kocok

Susah rasanya mencari teman diskusi yang enak yang nyambung dan bisa setidaknya bisa meraba apa ide yang ada di kepala kita sebelum itu tercetus di ucapan. Dan buatku sendiri kadang-kadang memang lebih menantang menemukan teman diskusi dengan “aliran berbeda” , yang bisa membuat wacana berpikirku tidak seperti kacamata kuda.  

Tapi malam ini, beda. Setelah sampai pada titik jenuh mendengar cerita soal tower, BTS, E-Proc, bandwith, traffic internet, virus, kelapa sawit hingga tiang listrik dan kabel putus, yang sulit banget nyangkut di otakku,  Aku menemukan sisi-sisi dimana akhirnya banyak topik-topik yang yang lebih menarik dibicarakan dibanding ngurusin omelan bos di pasar induk dan kehidupan “lain”  yang sudah kadaluarsa.     Continue reading

can you keep a secret?

Pertanyaan yang sulit, *secara* gue demennya curhat dan sering jadi tempat curhat orang. Lebih sulit, lagi gue suka ngember binti bocor.  Padahal kan ada curhat-curhat terlarang yang seharusnya jadi rahasia antara gue dan si pencurhat, kecuali kalo si pencurhat-nya juga suka ngember alias curhat sama semua orang.  Yang akhirnya jadi public secret alias rahasia umum. Ah, hidup yang sulit.

Ingat punya ingat,  berapa banyak rahasia besar dan kecil yang pernah gue tau baik sengaja maupun gak sengaja? baik rahasia pribadi ato pun rahasia orang? Wah, kayaknya banyak deh.  Dan kecenderungannya,  dasar perempuan biang gossip seringnya sih gue ceritain lagi sama orang lain meski pake embel-embel; “jangan bilang siapa siapa, yah!” Alhasil, gue jadi sering sebel sama diri sendiri. Kenapa gue gak bisa jadi orang yang dipercaya, itu kan amanat. Tapi, mikir lagi; apa emang bener itu salah gue? Gue malah jadi kasian sama orang yang suka curhat sama gue. Secara (lagi) udah tau gue ember bolong, gosip mania masih ajah mo coba-coba percaya.

Continue reading

Jenuh…

SMS Apop: “Vik, lagi ngapain, masih bosen sama hidup elu gak? Gue lagi mellow juga nih..hehhehe.. Biasa.. Mo dapet kali ye”… Halah… sms yang kayak dukun aja tepat sasaran banget, disaat aku cuman bisa memandangi langit tanpa bintang dari jendela kamarku. Bosen. Jenuh. Sebelumnya ada telepon dari Jolie. Singkat. Hanya mengabarkan kalau ia sudah berhasil menerobos bandara yang nyaris jadi tambak bandeng dan kembali ke Kampung Utan dengan selamat. Gak begitu penting. Apalagi ini sepertinya sudah telepon ke tujuh puluh tiga hari ini dari dia. Bukan masalah pulsa sih, tapi masalah kuping gue yang kayaknya nyaris bisulan denger suara dia yang cempreng itu. *peace, jol!!* (Luv you) 😀

Menghitung waktu, sudah berapa lama disini ? Di kamar yang indah ini? Sampai kapan akan disini? No.. No, bukan itu masalahnya, actually I love my job. Bukan jenuh dengan bumi Nanggroe, tapi jenuh sama apa yah? Hidupku, mungkin? Udak-aduk persis es campur. Bulak balik mikir lagi, apa ya?!! Seingatku selama ini hidupku memang lebih banyak gelombangnya daripada damai-nya. Tapi itu kan pelajaran hidup. Utak-atik mikir lagi; apa yah?! Kangen sama Bogor? Gak terlalu, kecuali merindukan hujan derasnya yang bisa mengantarku tidur hingga lupa bangun. Rindu hiruk pikuk Jakarta? Kayaknya gak juga, apalagi liat di TV, Jakarta lebih mirip rawa-rawa dibandingkan kota megapolitan. Terlalu sering bertemu orang-orang yang “salah”? Hemm… bisa jadi iya. Tapi melenakan otak dalam pikiran seperti itu hanya membuat adrenalin jadi turun, membuka pintu-pintu traumatis yang harusnya sudah dari dulu digembok rapat-rapat. Satu lagi, tentu saja aku takut dibilang tidak bersyukur. Ah, Capek. Lalu, apa??

Continue reading

Sakit Gigi

Kalimat basi “lebih baik sakit gigi, daripada sakit hati”, mungkin mulai diragukan kebenarannya. Kumpulan kata itu, lebih sering dibalik menjadi “lebih baik sakit hati daripada sakit gigi” untuk melukiskan betapa duka nestapanya jika gigi terserang sejuta rasa`nyeri, perih, nyut-nyut-an dan sejenisnya. Kata-kata itu sendiri kalo tidak salah dipopulerkan sekitar tahun 80an oleh penyanyi dangdut berambut keriting -yang kalo gak salah- bernama Hamdan ATT. Agak bingung juga mengingat pastinya, karena pertama; aku adalah penggemar dangdut pada posisi second level alias tidak terlalu maniak atau dengan kata lain malu-malu mengakui kalau sebenernya menggemari musik yg katanya sudah mulai go international itu (entah kemana…) Lalu, kedua; penyanyi dangdut bermodel semi kribo dengan video klip di taman bunga yang “india banget” bukan dia seorang. Anybody can help me ? Ona Sutra ??,.. Oww.. bukan!!Tapi sutralah…bukan itu bahasan ceritaku kali ini. Ini cerita soal gigi geligiku yang kata beberapa dokter nyaris bener-bener gak bener. Penyebabnya, mungkin kurang kalsium, kebanyakan makan sambel, ato suka males gosok gigi (hihihi..). Seingatku, awal-awal kuliah di Bogor dulu pernah juga jadi pengunjung tetap klinik gigi di RS PMI Bogor, dimana, hampir sebulan laporan ke si dokter tiap hari Rabu. Cerita punya cerita pertengahan 2007, kambuh lagi tuh gigi ..dan gawatnya, di dokter pertama langsung 3 biji gigi di-oprek-oprek. Malangnya lagi tidak ada tanda-tanda menuju kesembuhan padahal kita sudah 4 kali berkencan! Hasilnya; bengkak total! Aku pun sempat ke kantor dengan gaya makan permen. Lanjutlah ke dokter ke-dua. OMG! Diagnosis dokter kedua berbeda sekali dengan dokter pertama, padahal dokter pertama sudah terlanjur nyaris menghancurkan gigi-gigi itu. Meski dokter kedua ini si asistennya cerewet banget, ada kemajuan pesat yang menyenangkan, Sebenarnya sih masa perawatannya sendiri belum selesai sampai aku berangkat ke Nanggroe Juli 2007 lalu.

Continue reading